Friday, December 14, 2018

Tenun Ikat Kota Kediri Berpotensi Menjadi Industri Besar

Produk kain tenun ikat Kota Kediri yang jadi simbol tunggal acara Dhoho Fashion Street bertopik "Warisan Agung Panji Sekartaji" dapat memikat desainer nasional yang ada di Taman Sekartaji Kota Kediri.

Tidak cuma mengambil perhatian beberapa sosialita di luar Kediri, acara yang berjalan meriah ini pula didatangi dua orang desainer nasional Didiet Maulana serta Lenny Agustin. Bahkan juga Didiet Maulana cukuplah terkesima dengan kain tenun ikat Kota Kediri.

Baca juga : Jurusan di UII

"Lebih berlainan dengan daerah lainnya (tenun ikat Kota Kediri). Di sini lebih mempunyai kekhasan motif-motif yang berani dengan skema geometris yang kontras," puji Didit di depan wartawan pada Kamis (13/12).

Dhoho Fashion Street, yang tahun ini adalah penyelenggaraan yang ke empat, adalah moment tahunan yang diadakan Pemkot Kediri. Acara ini mengadakan fashion show dengan catwalk di jalanan.

Dalam acara itu, Didiet serta Lenny menunjukkan masing masing 24 karya. Semua design yang dilenggak-lenggokkan mode cowok serta cewek itu memakai bahan tenun ikat Kota Kediri. Begitupun dengan beberapa karya desainer lokal, seperti Desty Rachmaning, Ahmad Qosim, Numansa serta perwakilan SMKN 03 Kediri, semua ikut memiliki bahan tenun ikat Kota Kediri.

Menurut Didit, tenun ikat Kota Kediri punya potensi jadi industri besar. Tidak hanya beberapa penenun mempunyai paradigma berpikir yang semangat, tenun ikat Kota Kediri dapat di produksi dalam jumlahnya beberapa ratus mtr.. Di lain sisi, pemerintah daerah ditempat santer lakukan promo, buka channel penjualan serta channel kreatifitas.

Belum juga, katanya, ditambah terdapatnya sekolah yang mempunyai tambahan kurikuler spesial tenun dimana mempersiapkan anak muda jadi penenun sekaligus juga entrepreneur tenun. "Semoga dapat jadi satu kemampuan di Kota Kediri," harapnya.

Dalam kesempatan kali ini, Didiet ikut memberi pesan, potensi memperluas pasar tenun ikat sebaiknya selalu ditingkatkan. Sikronisasi pada laju keinginan pasar dengan perkembangan pengrajin mesti dijaga stabilitasnya.

Selain itu, Ketua Dewan Kerajian Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri, Ferry Silviana Abu Bakar menjelaskan, kerjasama dengan mengundang desainer berkualitas nasional diinginkan dapat mengusung keyakinan diri desainer lokal. "Diluar itu tenun ikat begitu disukai. Sebab mutunya bagus serta harga nya berkompetisi," katanya.

Tenun ikat ciri khas Kediri sendiri telah ada sebelum Indonesia merdeka. Awalannya industri tenun ikat di Kota Kediri dipelopori beberapa pendatang Tionghoa. Bertepatan dengan masuknya mesin tenun ke Indonesia pada 1985, kejayaan tenun ikat Kediri terbenam.

Baca juga : Jurusan di UAD

Kain tenun ikat yang ditangani manual (tenaga manusia) atau alat tenun bukan mesin (ATBM) kalah berkompetisi dengan produksi tenun mesin yang lebih ekonomis. Akan tetapi, walau demikian tidak semua dapat ditangani tenaga mesin yang cuma dapat membuahkan kain motif kotak.

Sesaat motif yang dibuat ATBM lebih variasi, yaitu motif ceplok, kawung, tirto kirjo, kuncup, es lilin, bunga, gelombang air serta beberapa motif abstrak yang lain. Hal tersebut yang membuat tenun ikat produksi ATBM dapat bertahan. Bahkan juga pada 1990 mulai bangun sampai saat ini. Salah satunya yang jadi sentra kerajinan tenun ikat Kediri ialah Kelurahan Bandar Kidul Kota Kediri. Disana ada 11 entrepreneur tenun ikat ATBM yang setidaknya sudah menyerap 500 orang tenaga kerja.

No comments:

Post a Comment