Tuesday, December 11, 2018

Misteri dan Keunikan Jam Gadang

Jam Gadang adalah lambang ciri khas sekaligus juga landmark Kota Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat. Jam Gadang yang pembangunannya tuntas pada 1926 serta menelan cost 3.000 Gulden ini, ikut menaruh kekhasan serta misteri sendiri.

Jam Gadang dibuat menjadi hadiah Ratu Belanda pada Rock Maker seseorang sekretaris atau controleur Fort de Kock (saat ini, Kota Bukittinggi ). Bangunan Jam Gadang dibuat oleh arsitektur bernama Yasin Abidin Rajomangkuto.

Baca juga : Jurusan di UNS

Penempatan batu pertama dikerjakan oleh putra pertama Rook Maker yang saat itu masih tetap berumur 6 tahun. Pembangunan Jam Gadang tidak memakai semen atau besi penyangga cuma kombinasi kapur, putih telur, serta pasir. Putih telur diakui mempunyai zat perekat yang begitu kuat.

Jam Gadang mempunyai denah basic seluas 13 x 4 mtr.. Sisi dalam menara jam setinggi 26 mtr. ini terbagi dalam beberapa tingkat. Tingkat paling atas adalah area untuk menyimpan bandul jam. Ada 4 jam dengan diameter semasing 80 cm pada Jam Gadang.

Jam itu dihadirkan langsung dari Rotterdam, Belanda lewat pelabuhan Teluk Bayur serta digerakkan dengan mekanik oleh mesin. Mesin jam serta permukaan jam terdapat pada satu tingkat dibawah tingkat teratas.

Di bagian lonceng tercantum pabrik pembuat jam yakni Vortmann Recklinghausen. Vortman ialah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedang Recklinghausen ialah nama kota di Jerman yang adalah tempat diproduksinya mesin jam pada 1892.

Mesin jam berikut yang jadi salah satunya kekhasan Jam Gadang hingga dikatakan sebagai kembaran Big Ben. Big Ben ialah nama satu lonceng besar di dalam menara jam yang terdapat di samping utara Istana Westminster, London, Inggris yang tuntas dibuat pada 1858.

Jam Gadang serta Big Ben dimaksud saudara kembar sebab memakai mesin jam yang sama bikinan Vortmann Relinghousen, Jerman. Kebetulan mesin jam spesial ini cuma ada dua dalam dunia serta dipakai pada Jam Gadang serta Big Ben.

Walau sebenarnya dengan fisik Jam Gadang serta Big Ben begitu berlainan. Jam Gadang dibuat dengan style moderen serta berupa menara ciri khas rumah kebiasaan Minangkabau setinggi 26 mtr.. Sedang Big Ben dibikin dengan style Gothik Victoria tingginya sampai 96 mtr..

Nama Big Ben seringkali digunakan untuk menyebutkan menara jam itu secara detail. Walau dengan sah menara ini dinamakan Elizabeth Tower.

Kekhasan yang lain, menara Jam Gadang sudah alami 3x pergantian. Waktu pertama dibangun menara berupa bundar serta ada patung ayam jantan menghadap mengarah timur di atasnya. Akan tetapi, pada saat penjajahan Jepang menara dirubah jadi bentuk Pagoda . Pada akhirnya, waktu Indonesia merdeka menara dirubah jadi bentuk gonjong atap rumah kebiasaan Minangkabau.

Jam Gadang ikut menaruh beberapa misteri. Salah satunya mengenai angka 4 yang mempunyai bentuk berlainan serta ditulis IIII pada Jam Gadang. Umumnya pada angka Romawi tulisan angka 4 ialah IV bukan IIII.

Baca juga : Jurusan di UNSOED

Menurut narasi penduduk seputar konon dalam proses pembangunan Jam Gadang ada 4 pekerja (tukang batu) yang wafat sebab kecelakaan kerja. Untuk kembali kenang hal itu, jadi menyengaja ditulis angka I berjajar 4 (IIII).

Diluar itu angka IV disimpulkan menjadi "I Victory" yang berarti saya menang . Belanda yang ikut terlibat dalam pembuatan bangunan setinggi 26 mtr. itu hindari makna "saya menang". Belanda cemas menyebabkan pemberontakan untuk menentang penjajah. Sebab pihak Belanda yang menghadirkan jam dari negerinya pesan angka 4 ditulis menjadi IIII.

Beberapa pakar mengatakan angka 4 dalam huruf romawi awalannya memang tercatat IIII. Perihal ini berlangsung jauh sebelum pemerintahan Louis XIV . Serta tulisan angka empat dengan 'IV' disebutkan menjadi pergantian tulisan angka romawi yang awalannya IIII.

No comments:

Post a Comment