Saturday, September 29, 2018

TB Pelangi Sukses Hadirkan 100 Perpustakaan di Daerah Pelosok

Rendahnya minat membaca pada generasi muda menggerakan seseorang praktisi literasi Nila Tanzil untuk membangun Taman Bacaan Pelangi (TBP). Sampai sekarang ini, Nila -begitu dia dipangil-telah membangun tidak kurng dari 100 perpustakaan ramah anak di daerah terpencil Indonesia Timur.

TB Pelangi yang diurus Nila juga tidak cuma membangun perpustakaan dan melengkapinya dengan buku-buku bacaan, tetapi juga memberi kursus pada guru masalah mengurus perpustakaan. Tidak cuma itu, beberapa guru juga dikasih kursus bagaimanakah cara membaca narasi di muka anak-anak.

Nila menilainya, budaya membaca belumlah sangat mengakar di kelompok generasi muda Indonesia. Realitas itu juga yang menggeraknya untuk membangun perpustakaan di Indonesia sisi timur.

Baca juga: Biaya Kuliah UPN SURABAYA - Biaya UKT UPN SURABAYA

"Saya lihat budaya membaca di Indonesia belumlah sangat mengakar atau tercipta. Ini didukug penemuan Unesco dimana minat baca anak Indonesia itu cuma 0,001%. Berarti cuma 1 orang dari 1000 orang yang membaca. Di sejumlah daerah terpencil jangankan mereka mempunyai perpustakaan, untuk ke arah sekolah saja mereka sampai mesti telusuri sungai," tutur Nila Tanzil dalam acara bertopik Ide Baru Kolaborasi Penyediaan Buku buat Anak di Grand Indonesia Jakarta, Rabu (19/9),tempo hari.

Nila menjelaskan, lewat TBP, ada keinginan besar akan tumbuh minat baca anak, rutinitas membaca, serta menyiapkan akses buku bacaan berkualitas untuk anak-anak di daerah terpencil di Indonesia sisi timur.

"Sekolah-sekolah tidak miliki perpustakaan. Akses buku bacaan benar-benar tidak ada. Pada akhirnya saya berfikir untuk menyiapkan akses buku buat mereka, agar mereka menjadi senang membaca. Sebab saya ingat waktu kecil saya itu tetap baca buku setiap pulang sekolah," kata Nila.

Ia memberikan, rintangan infrastruktur serta akses yang rendah pada buku bacaan yang biasa diketemukan di perpustakaan begitu punya pengaruh pada potensi baca. Perihal ini tampak dari score PISA (Program for International Student Assessment) dimana siswa-siswi Indonesia dalam soal membaca ada di rangking 64 dari 70 negara.

Sesaat bila dibanding berdasar pada daerah di Indonesia, murid-murid di Jawa serta Bali dapat membaca 59 kata per menit. Murid di Indonesia Timur, kata Nila cuma dapat membaca 30 kata per menit. Walau sebenarnya seseorang anak disebutkan lancar membaca bila sampai 50 kata per menit.

"Menjadi anak-anak Indonesia Timur belumlah dapat lancar membaca. Banyak siswa-siswi disana yang hasil ujian akhir nasional kurang bagus sebab tidak dapat mengerti masalah itu," lebih dia.

Mengerti hal itu, Taman Bacaan Pelangi yang dibangun Nila giat fokus diri untuk bangun perpustakaan ramah anak dan memberi kursus guru di daerah terpencil di Indonesia Timur semenjak tahun 2009. Awalnya perpustakaan yang dibangun Nila serta relawan cuma meminjam teras rumah masyarakat ditempat.

Baca juga: Biaya Kuliah USN - Biaya UKT USN

Akan tetapi sesudah sembilan tahun berdiri, Taman Bacaan Pelangi sudah membangun 100 perpustakaan ramah anak di sekolah-sekolah yang berada di 17 pulau Indonesia Timur. Minggu lantas, Taman Bacaan Pelangi, kata Nila barusan resmikan perpustakaannya yang ke-100 di sekolah basic Katolik Nangapanda 1, Ende, Nusa Tenggara Timur.

"Dengan diresmikannya perpustakaan ramah anak Taman Bacaan Pelangi yang ke-100 sekitar 26.000 anak di 17 pulau di Indonesia Timur sekarang telah memperoleh akses buku bacaan yang berkualitas, serta lebih dari 1.000 guru telah memperoleh kursus mengenai skema pengendalian perpustakaan ramah anak serta program literasi anak," lebih dia.

Nila memberikan, Ia rasakan benar bagaimana pergantian anak-anak pelosok di Indonesia Timur yang suka dapat mempunyai perpustakaan baru di sekolahnya. Menurut dia, dengan hadirnya perpustakaan, anak-anak mempunyai pandangan yang berlainan mengenai satu perihal serta mulai berani untuk mempunyai harapan yang tinggi dengan semangat reading for pleasure.

No comments:

Post a Comment