Tuesday, March 12, 2019

Universitas Terbuka Sasar 10.000 Mahasiswa di Luar Negeri

Kampus terbuka (UT) akan perbanyak jumlahnya mahasiswanya di luar negeri sampai 10.000 pada dua tahun ke depan. Penerapan perkuliahan dikerjakan dengan cara online learning. UT mengarah masyarakat negara Indonesia (WNI) serta pekerja migran Indonesia (PMI) yang menyebar di beberapa negara supaya mereka mendapatkan akses ke pendidikan.

Pembantu Rektor Bagian Akademik Kampus Terbuka Mohamad Yunus menjelaskan jika sekarang ini jumlahnya mahasiswanya yang belajar di luar negeri baru sampai 2.300 orang. Mahasiswa UT di luar negeri ialah WNI dan pekerja resmi Indonesia yang ingin tingkatkan kompetensi serta kwalifikasi mereka.

Baca juga : Jurusan di UNRI

“Kami mengharap dalam dua tahun ke depan jumlahnya mahasiswa kami di luar negeri dapat 10.000 orang. Kami akan buka pusat service buat jaringan universitas UT di negara lainnya (hub) agar pendekatan ke komune Indonesia di luar negeri dapat lebih intens,” kata Mohamad Yunus dalam Sarasehan UT dengan Atase Pendidikan serta Kebudayaan RI di Jakarta tempo hari.

Gagasannya hub di Den Haag akan diresmikan April kelak, sedang service unit evaluasi jarak jauh di Timor Leste diresmikan Mei yang akan datang. Mohamad menjelaskan, hub di Den Haag adalah untuk memperluas jangkauan mahasiswa di Eropa seperti calon mahasiswa di Belgia, Inggris, Jerman, serta Swiss.

Sesaat service unit evaluasi jarak jauh di Timor Leste, UT akan bekerja bersama dengan Kementerian Pendidikan Timor Leste serta KBRI di Dili.Ia menuturkan, salah satunya masalah yang mengakibatkan masih tetap rendahnya jumlahnya mahasiswa UT di luar negeri adalah sulitnya ikuti ujian. Akan tetapi, sekarang ini UT sudah temukan skema ujian daring yang dimaksud online proctoring exam.

“Ujian tiada pengawasan orang hingga ujian dapat dimana-mana. Tetapi ia akan dipindai dahulu retina, keadaan rumah dan lain-lain. Jika ia lakukan beberapa hal yang digolongkan diduga ya telah (bisa nilai) E,” tuturnya.

UT pun sudah memakai tehnologi info dalam service pendidikan yang lebih mutakhir, salah satunya mencakup sarana register daring, bahan ajar digital, panduan berbasiskan daring,serta webinar dan ujian daringbagi mahasiswa di luar negeri.

Mohamad menjelaskan, mahasiswa UT sangat banyak ada di Malaysia, Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Arab Saudi, serta Qatar. Mereka rata-rata ialah pekerja resmi, seperti di Qatar yang kerja di ladang minyak yang ingin tingkatkan statusnya jadi sarjana S-1.

Ia menuturkan, dengan makin dikenalnya UT oleh penduduk Indonesia di luar negeri, minat menjadi mahasiswa UT akan makin besar. Perihal ini pun searah dengan kemauan pemerintah yang ingin tingkatkan angka keterlibatan kasar (APK) pendidikan tinggi yang sekarang ini masih tetap 32,5 persen. “Mereka dapat mendaftarkan di KBRI yang umumnya ada atase yang ditunjuk untuk menolong service serta ke-2 mereka dapat register daring,” tuturnya.

Deputi Peletakan Tubuh Nasional Peletakan serta Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Teguh Hendro Cahyono menjelaskan, jumlahnya PMI yang terdata legal di luar negeri ada 2,9 juta. Teguh menjelaskan PMI memang mungkin jadi mahasiswa UT karena seperti di Taiwan saja ada 270.000 PMI serta separuhnya kerja di pabrik dengan cuma berlatar belakang pendidikan SMA.

Baca juga : Jurusan di UNJA

“Potensi ini yang akan kita usahakan untuk jadikan mereka untuk publikasi serta promo supaya mereka terinformasi dengan baik kuliah di UT ini,” tuturnya.

Teguh yakini bila ada pengaturan pada UT, BNP2TKI, serta KBRI ditempat jadi dalam periode waktu dua tahun tujuan 10.000 mahasiswa UT di luar negeri dapat terwujud. Masalahnya masalah penting yang didapati beberapa PMI di negara peletakan adalah mereka belumlah terinformasi serta memahami mengenai UT.

Negara mungkin yang lain adalah Korea Selatan. Teguh menjelaskan jika di Negeri Ginseng itu ada seputar 30.000 PMI yang kerja di pabrik serta 10.000 di bagian perikanan. Salah satunya langkah untuk memberitahukan mengenai UT adalah waktu pembekalan calon PMI ke Korea yang dikerjakan di Indonesia.

No comments:

Post a Comment